Perkumpulan Pandu / Kepanduan di Indonesia adalah
jelmaan dari organisasi Padvinder / Padvinderij dari organisasi yang sama di
negeri Belanda sedangkan Panvincer / Panvinderij merupakan jelmaan Boy Scout /
Scouting yang di Inggris berdasarkan buku Scouting for Boys karangan
Baden Powell.
Oleh orang Belanda S.P Smidth, di Batavia (Jakarta) dibentuk Padvinder
untuk anak-anak orang Belanda dengan nama Nederlands Indesche Padvinderij
Vereniging (NIPV) pada tahun 1912. Antara tahun 1912 – 1916 di
Solo Pangeran Mangkunegoro IV membentuk Javasche Padvinderij
Organisatie (JPO) untuk anak-anak kerabat Mangkunegoro, inilah organisasi
pandu pertama Indonesia. Pendirian JPO ini membuat para remaja dan pemuda daerah
lain tertarik mendirikan organisasi kepanduan. Yang pada waktu itu dianggap
sebagai salah satu cara perjuangan dalam usaha mencapai kemerdekaan. Mulailah
berdiri organisasi serupa seperti Hisbullah Wathan Padvinderij (HW) dibawah
organisasi Muhammadiah, Serikat Islam Afdeling Padvinderij (SIAP) dibawah
partai Serikat Islam, Suryawirawan Padvinderij dibawah Taman Siswa, Jong Java
Padvinderij (JJP), Nationalle Islamitische Padvinderij (NATIVIJ) dan
sebagainya.
Tonggak kebangkitan bangsa Indonesia adalah berdirinya organisasi Boedi
Oetomo 20 Mei 1908, lalu peristiwa Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 yang
menjiwai Gerakan Kepanduan Nasinal kita semakin bergerak maju.Walaupun
mengadopsi ajaran Badaen Powell, Padvinder di Jawa tidak sama dengan Padvinder
Belanda dan Boy Scout di Inggris,. Organisasi di Inggris dan Belanda di samping
melatih pesertanya / anggotanya untuk membangun persaudaraan dan
mengajarkan keterampilan juga menanamkan kesadaran berbakti terhadap Raja,
sedangkan Padvinder Jawa menanamkan kesadaran berbangsa dalam rangka
perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia.
Karena adanya program perjuangan kemerdekaan, maka pemerintah Hindia Belanda
melarang menggunakan istilah Padvinder sebagai organisasi kepanduan kita dan
membubarkannya bagi yang bernaung sibawah partai politik , organisasi
kemasyarakatan, dan tidak bolah melakukan kegiatan. Adanya larangan tersebut
untuk menggunakan istilah padvinder, maka dengan cerdik KH AGUS SALIM
menciptakan istilah PANDU dimana organisasi tersebut dikemukakan pertama
kali dalam Kongres SIAP tahun 1908 di Kota Banjarnegara, Banyumas, Jateng (Sehingga
KH Agus Salim dikenal sebagai Bapak Pandu Indonesia )
Dengan meningkatnya kesadaran nasional Indonesia maka timbullah niat
menggerakan persatuan organisasi kepanduan. Pada tahun 1930 dengan adanya INPO
( Indonesische Padvinders Organizatie ), PK ( Pandu Kesultanan ), PPS ( Pandu
Pemuda Sumatera ),menjadi satu organisasi yaituKBI ( Kepanduan
Bangsa Indonesia ) .
Pandu Indonesia pertama kali mengikuti Jambore Dunia V di Volegenzang, Belanda
di tahun 1937 ( Pandu Hindia Belanda ). Kemudian tahun 1931 terbentuk pula
sebuah federasi yang menamakan Persatuan antar Pandu-Pandu Indonesia
(PAPS) yang kemudian berubah menjadi Badan Pusat Persatuan Kepanduan
Indonesia (BPPKI) pada tahun 1938.
Selain sebagai organisasi kader pandu dan kepanduan dapat juga dipandang
sebagai organisasi kependidikan yang menyelenggarakan pendidikan di luar
sekolah dan di luar keluarga yang dalam undang-undang pendidikan di sebut ”
Pendidikan Non Formal ”, sehingga lengkaplah misi kepanduan menjadi tiga,
yaitu :
1. Membangun
persaudaraan
2. Melatih
keterampilan
3. Menanamkan
kesadaran berbangsa dan bernegara untuk merebut kemerdekaan
Adanya tiga misi tersebut pemerintah Hindia Belanda merasa
kedudukannya akan terancam, oleh karena itu pandu dan kepanduan senantiasa di
awasi sampai masuknya Jepang ke Indonesia.
Pada masa pendudukan Jepang organisasi ini dilarang dan mereka membentuk
Seinedang dan Keibodang sebagai wadah kegiatan pemuda / pelajar di luar
sekolah. Namun jiwa pandu dengan selogan ”Sekali Pandu Tetap Pandu” . Oleh
karena itu 4 bulan setelah Proklamasi Kemerdekaan, tanggal 28
Desember 1945 di Solo berdiri Pandu Rakyat Indonesia, sebagai satu-satunya
organisasi kepanduan di wilayah Negera Republik Indonesia. Tetapi setelah
parpol dan ormas lahir maka banyak pandu dan kepanduan yang bernaung
dibawahnya. Sehingga sampai dengan tahun 1959 tercatat 100 organisasi pandu.
Upaya untuk mempersatukan pemuda-pemuda tersebut hanya berhasil terbentuknya
IPINDO ( Ikatan Pandu Indonesia ) tanggal 12 September 1951, POPPINDO (
Perhimpunan Organisasi Pandu Putri Indonesia ) yang terbentuk tahun 1954 dan
PKPI ( Persatuan Kepanduan Putri Indonesia ). Tahun 1951 IPINDO
menyelenggarakan Jamnas I di Pasar Minggu Jakarta.
Adanya perpecahan organisasi pemuda tersebut menimbulkan kekhawatiran masyarakat
akan terjadinya perselisihan dikalangan generasi muda, maka ke tiga federasi
diatas melebur menjadi satu menjadiPERKINDO ( Persatuan Kepanduan
Indonesia ), tetapi hanya 60 organisasi pandu saja yang bergabung dari 100
organisasi yang ada.
Di dalam faederasi tersebut sebagian 60 organisasi anggota Perkindo terutama
yang sebagai Underbow Orsospol atau ormas tetap berhadap-hadapan berlawanan
satu dengan yang lain, sehingga tetap terasa lemahnya gerakan kepanduan
Indonesia. Kelamahan ini ingin dimanfaatkan oleh pihak komunis sebagai
alasan untuk memaksan gerakan kepanduan di Indonesia menjadi gerakan
pioneer muda seperti di negara-negara komunis.
Atas dasar kekhawatiran tersebut MPRS mengeluarkan Surat Keputusan Nomor :
IX/MPRS/1959 antara lain menetapkan agar organisasi kepanduan di Indonesia
diperhatikan. Berdasarkan Surat Keputusan tersebut tanggal 9 Maret 1961 Bung
Karno berpidato di Istana Merdeka meminta agar kepanduan di Indonesia
dibebaskan dari paham Baden Powellisme dan untuk itu perlu dibentuk
organisasi baru dengan nama PRAMUKA (Praja Muda Karana) untuk tugas
tersebut dengan Kepres RI Nomor 121 tahun 1961 dibentuk Panitia
Pembentukan Pramuka yang terdiri dari Sri Sultan Hamengkubuwono IX, Dr. A. Azis
Saleh, Prof. Dr.Priyono, Ahmadi kemudian ditambah dengan Mulyadi
Joyomartono.
Masyarakat awam banyak tidak mengetahui pada saaat pembentukannya telah terjadi
”Perebutan” antara kelompok Sosialis di bawah pimpinan
Prof. Dr.Priyono
dengan kelompok Pancasila dibawah pimpinan Sri Sultan Hamengkubuwono IX, yang
akhirnya dimenangkan oleh kelompok Pancasila dengan dikeluarkanya Kepres
RI nomor : 238 tahun 1961 tanggal 20 Mei 1961 tentang pembentukan Pramuka
bukan Pioneer muda yang diperjuangkan kelompok sosialis / komunis. Kepres
RI tersebut ditandatangani oleh Ir. H. Djuanda selaku Pjs. Presiden , karena
saat itu Bung Karno sedang berada di luar negeri.
Berdasarkan Kepres RI Tentang pembentukan Gerakan Pramuka tersebut Sri
Sultan Hamengkubuwono IX beserta anggota panitia lain menyusun personalia
Kwarnas, dimana Sri Sultan Hamengkubuwono IX sebagai Ketua
Kwarnas Pertama (dijuluki Bapak Pramuka Indonesia) dan Dr. A. Azis Saleh
sebagai Sekjend Kwarnas Pertama Gerakan Pramuka, yang kemudian dilantik oleh
Presiden RI pada tanggal 14 Agustus 1961 ditandai dengan penyerahan
/ peanugrahan Panji Gerakan Pramuka ( Semacam Bendera ) dengan logo TUNAS
KELAPA. Mulai saat itu tanggal 14 Agustus ditetapkan sebagai Hari Pramuka dan
Bung Karno selaku Presiden RI sebagai Pramuka tertinggi (Sekarang : Presiden RI
sebagai Pramuka Utama).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar